Selasa, 10 Maret 2015

Bantuan Hidup Dasar (BHD)

Bantuan Hidup Dasar

Resusitasi Jantung Paru (RJP)


    Saat ini hobi mendaki gunung sudah menjadi sebuah trend baru di kalangan masyarakat, baik dari pemula yang baru coba-coba hingga yang sudah berpengalaman dalm hal pendakian dengan segudang ilmu dan pengalaman yang di peroleh. Bagi para pendaki yang sudah malang melintang di dunia pendakian dan alam bebas mungkin ilmu-ilmu terapan tentang penanganan pertama pada kecelakaan atau penyakit sederhana sudah tidak awam lagi, namun bagi para pendaki yang baru ingin mencoba hal ini terbilang agak sulit, namun sebenarnya sangatlah simple. Kali ini kita akan membahas mengenai Bantuan Hidup Dasar (BHD) berupa Resusitasi Jantung Paru (RJP), mungkin lebih trend di kenal dengan bantuan nafas buatan. Hal ini penting dikarenakan sirkulasi pernafasan merupakan hal paling penting pada setiap manusia. Langsung aja yuk kita simak..!!!

Bantuan Hidup Dasar (BHD)
      BHD adalah serangkaian tindakan yang untuk memudahkan disingkat sebagai DR.ABC (Danger, Respon, Airway, Breathing, Cirrculation). Menurut penelitian yang dilakukan AHA (American Heart Association 2010) urutan ABC direkomendasikan lebih efektif dan terbukti secara ilmiah menjadi CAB (Circulation-Airway-Breathing).





1. D untuk Danger
Saat seorang penolong tiba di tempat kejadian maka penilaian pertama yang harus dilakukan adalah menilai potensi bahaya pada lokasi yang mungkin mengancam pasien, penolong ataupun orang lain di sekitar tempat kejadian, maka dari itu kita harus memindahkan pasien terlebih dahulu ke tempat yang dirasa cukup aman. Panggil orang lain disekitar untuk jadi saksi atau menolong pasien.

2. R untuk Respon
Periksa kesadaran pasien. Respon pasien dinyatakan dengan derajat AVPU (Alert, Verbal/Voice, Pain, dan Unresponsive). Alert untuk sadar penuh tanpa rangsangan dari luar, Verbal/Voice untuk merespon rangsangan suara dengan benar, Pain apabila ada respon terhadap rangsangan nyeri berupa penekanan sternum dengan buku-buku jari tangan dan Unresponsive apabila sama sekali tidak ada respon.








3. A. Bila ada respon

  • Tinggalkan pada posisi yang diperkirakan aman, atau amankan lokasi penderita dari ancaman bahaya lain. Minimalkan mengubah posisi pasien bila diperkirakan ada cedera leher dan tulang belakang.
  • Aktifkan EMS dan berilah informasi penting yang diperlukan meliputi :
         - Tempat : lokasi, potensi bahaya pada lokasi, cuaca, kondisi kerumunan orang
         - Pasien : umur, jenis kelamin, derajat respon, kemungkinan kegawat daruratan
         - Mekanisme cedera : trauma tajam, tumpul, panas, api ataupun bahan kimia
         - Tanda : sesuatu yang mudah dilihat, dicium dan didengar, seperti daerah, muntah dan hangus
  • Mencoba memberikan bantuan yang diperlukan seperti membantu meminumkan obat, memindahkan ke tempat yang lebih aman dan teduh
  • Nilai ulang secara teratur
    B. Bila tidak ada respon
  • Periksa nadi (karotis untuk dewasa)

  • Bila ada denyut nadi, namun tidak ada nafas spontan berikan bantuan nafas 10 kali/menit
  • Bila tidak ada denyut nadi atau ada keraguan maka mulailah kompresi dada :
          - Berlutut disamping pasien
          - Letakan telapak tangan salah satu tangan tepat di tengah dada penderita
          - Letakan telapak tangan lainnya diatas telapak telapak tangan pertama
          - Saling tautkan jari-jari tangan dan pastikan posisi tangan tidak menyamping di atas iga. 
            Jangan meletakan kedua tangan di perut atas atau tepi bawah tulang dada.
          - Posisikan bahu penolong tegak lurus dada pasien dan dengan tumpuan pada telapak tangan tekan
            dengan menggunakan berat badan penolong kearah dada hingga dada tertekan sedalam 4-5 cm
          - Setelah setiap kompresi, hilangkan tekanan sepenuhnya tanpa melepaskan kontak antara telapak
             tangan penolong dengan dada pasien, ulangi dengan kecepatan 100 kompresi/menit
          - Kompresi dan relaksasi dilakukan dalam rentang waktu yang lama






4. A. Kombinasi kompresi dada dengan nafas buatan

  • Setelah 30 kompresi, kembali buka jalan nafas dengan head-tilt dan chin-lift bila ada trauma leher hanya boleh jawtrush
  • Tekan bagian lunak hidung hingga menutup dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk telapak tangan yang menengadahkan dahi
  • Pertahankan mulut tetap terbuka, tapi pertahankan chin-lift

  • Ambil nafas normal dan rapatkan bibir penolong menutupi seluruh bibir pasien, pastikan seluruhnya tertutup dengan baik
  • Hembuskan dengan mantap melalui mulut pasien sambil memperhatikan naiknya dinding dada, hembuskan dalam rentang waktu 1 detik
  • Pertahankan head-tilt dan chin-lift, jauhkan mulut penolong dan biarkan dada kembali turun selagi udara keluar dari dada pasien
  • Ulangi sekali lagi, dan kembalikan posisi tangan di tengah dada penderita untuk melakukan 30 kompresi dada
  • Lanjutkan dengan rasio kompresi dada dan bantuan nafas 30:2 (30 kompresi, 2x hembusan nafas ke mulut)
  • Setelah melakukan kompresi sebanyak 5 siklus, cek nadi 10 detik, bila nadi ada lanjutkan dengan
5. Mempertahankan terbukanya jalan nafas dan lakukan evaluasi look, listen dan feel (B untuk Breathing)

Lakukan evaluasi tidak lebih dari 10 detik, bila ada keraguan pasien tidak bernafas spontan .

6. A. Bila bernafas spontan
  • Baringkan penderita pada posisi recovery (posisi miring mantap)


  B. Bila tidak bernafas spontan
  • Kirim seseorang umtuk mengaktifkan EMS (point 3.A) atau bila sendirian, tinggalkan korban dan aktifkan EMS. Jangan abaikan untuk meminta bantuan karena kegawat daruratan adalah kondisi yang memerlukan penanganan secara cepat, membutuhkan serangkaian  ketrampilan sebagai suatu kerja tim dan kelanjutan penanganan dengan keahlian khusus dan peralatan memadai. Bila pasien tidak bernafas spontan jangan buang waktu untuk mendapatkan informasi lengkap. Cukup pastikan bantuan dapat mencapai lokasi dan mengetahui kondisi anda. Bila dilakukan dua orang penolong atau lebih tukarlah posisi setiap 2 menit untuk menghindari kelelahan penolong. Berikan bantuan nafas 10-12 kali permenit sambil mempertahankan jalan nafas terbuka dan menunggu bantuan datang.
7. Lanjutkan resusitasi sampai :
  •  Bantuan yang lebih kompeten datang dan mengambil alih resusitasi
  • Pasien kembali bernafas dan muncul sirkulasi spontan
  • Penolong kelelahan
  • Pasien ternyata diketahui menderita penyakit stadium terminal
Resusitasi jantung paru harus dilakukan dengan tepat untuk menghindari komplikasi  yang mungkin muncul seperti cedera pada tulang iga, fraktur sternum atas dan klavikula.



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar